Minggu, 07 April 2013

Semua tentang kamera DSLR...Semua tentang Photography: Pemahaman tentang Cara kerja system Metering dan M...

Semua tentang kamera DSLR...Semua tentang Photography: Pemahaman tentang Cara kerja system Metering dan M...: Di sebar lagi......:P Setiap kamera SLR digital modern dari pabriknya dilengkapi dengan teknologi bernama Metering Mode , Exposure Meterin...

Pemahaman tentang Cara kerja system Metering dan Mode Metering pada Kamera DSLR.......

Di sebar lagi......:P

Setiap kamera SLR digital modern dari pabriknya dilengkapi dengan teknologi bernama Metering Mode, Exposure Metering, Camera Metering atau untuk lebih praktisnya kita sebut Metering yang sudah dirakit didalamnya. Dalam artikel ini kita akan berusaha memahami apa itu metering? bagaimana cara kerjanya serta beberapa kelemahan utama yang harus kita hadapi (underexposed & overexposed). Dalam artikel selanjutnya, lebih jauh kita pahami tentang mode metering (matrix/evaluative, center weighted & spot metering).






Apa Itu Metering? Apa Gunanya?

Secara prinsip tidak beda dengan meteran gulung yang dipakai pekerja konstruksi atau meteran pita yang dipakai tukang jahit untuk mengukur panjang, hanya metering ini dipakai oleh kamera DSLR untuk mengukur cahaya, yang secara relatif lebih njelimet dibanding dengan mengukur panjang.
Metering dipakai untuk mengukur cahaya yang dilihat oleh kamera (cahaya yang masuk ke lensa). Saat kita melihat obyek foto melalui viewfinder kamera, kondisi cahaya di obyek tersebut akan diukur oleh sistem metering. Tujuan utama dari sistem metering kamera adalah menghasilkan foto yang pas eksposure-nya.
 Metering melakukannya dengan menganalisa tingkat gelap terang sebuah obyek foto kemudian menentukan besarnya shutter speed, aperture serta ISO supaya hasil foto anda pas, tidak terlalu gelap ataupun tidak terlalu terang.
Hmm pusing nya…. oke, gampangya begini.Bayangkan mata anda. Saat anda merasa silau apa yang anda lakukan? memincingkan mata bukan! Secara tidak sadar anda mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata supaya anda tidak silau (tidak terlalu terang). Kebalikannya, saat merasa cahaya terlalu remang anda secara otomatis membuka mata lebar-lebar. Memincingkan mata atau membuka mata lebar-lebar supaya mata merasa nyaman saat melihat (eksposur yang pas), seperti itulah tugas sistem metering kamera.

Cara Kerja Sistem Metering Kamera & Kelemahannya

Saat kamera melihat tembok, sistem metering akan mengukur besar cahaya (gelap terang) yang dipantulkan oleh tembok tersebut (reflective). Hal ini mudah saat semua obyek foto memantulkan jumlah cahaya yang sama.
Repotnya, didunia nyata masing-masing benda memiliki tingkat pantulan yang berbeda. Saat kita memotret langit, kalau langitnya biru sempurna metering kamera akan gampang menghitung eksposur karena hanya ada satu tingkat terang yang harus dihitung (biru). Namun saat kita memotret langit dengan tambahan awan putih, metering sekarang harus menghitug kecerahan langit biru dan kecerahan awan putih dan harus berusaha menghasilkan eksposure yang optimal. Sekarang tambahkan gunung dan barisan pepohonan kedalam obyek foto diatas, maka tingkat kompleksitas yang dihadapi metering makin rumit.

Bagaimana cara para perancang sistem metering kamera mengantisipasi keadaan ini? Jawabannya adalah dengan berusaha membuat tingkat gelap terang rata-rata dari sebuah obyek foto apapun itu. Secara teknis gelap terang rata-rata bagi sistem metering kamera adalah 18% grey ( 18% abu-abu atau abu-abu normal) – tidak terlalu gelap dan juga tidak terlalu terang – lihat foto dibawah. Sebuah obyek foto dengan tingkat pantulan cahaya yang memiliki gelap terang kompleks akan “dijinakkan” dengan cara ini.






Solusi ini secara umum memang bisa kita pakai untuk memotret kondisi normal. Namun ketika kita dihadapkan pada kondisi misalnya anda akan memotret wajah teman dengan background putih sempurna, kamera akan menjadikan wajah teman anda lebih gelap karena harus mengantisipasi background putih dan membawanya kearah 18% grey alias underexposed. Atau misalnya saat anda memotret bunga didalam gelas kaca kecil yang diletakkan diatas taplak meja hitam, maka didalam foto bunga akan lebih terang dari aslinya karena harus membawa taplak meja hitam tadi ke arah 18% grey alias overexposed.

Lalu Kita Harus Bagaimana?

Seperti halnya kita tidak bisa terus menerus menggunakan auto eksposure, untuk menghasilkan foto yang bagus kita tidak bisa menggunakan sistem metering kamera tanpa beberapa trik (meninggalkannya dalam posisi default).

Beberapa pemahaman tentang beberapa Mode Metering pada kamera DSLR...

Matrix atau Evaluative Metering

Nikon menyebutnya sebagai mode matrix, sedangkan Canon menyebutnya sebagai mode evaluative. Cara kerjanya adalah kamera membagi seluruh obyek foto yang ada dalam viewfinder menjadi beberapa zona atau wilayah, kemudian masing-masing zona tadi diukur gelap terangnya. Kamera juga menekankan zona dimana anda meletakkan titik fokus sebagai zona yang penting, sehingga nilai gelap terang disini dianggap sebagai prioritas. Setelah semua informasi tadi terkumpul, kamera akan mencoba menentukan nilai eksposur yang pas.

Selain itu, kamera DSLR juga membandingkan informasi gelap-terang diatas dengan data contoh pemotretan dalam bermacam situasi yang sudah dimasukkan ke dalam memory kamera oleh produsen untuk mementukan nilai eksposur yang menurutnya paling tepat. Mode matrix/evaluative biasanya digunakan pada hampir semua situasi pemotretan normal, paling akurat dalam kondisi sehari-hari dan paling sering digunakan. Jadi, sebelum anda menemukan situasi pemotretan yang kompleks dan sulit, pakailah mode ini.

Center Weighted Metering

Menggunakan keseluruhan area frame untuk menentukan nilai eksposur tidak selalu menghasilkan foto yang diinginkan. Bagaimana jika ingin memotret wajah dengan matahari ada dibelakangnya? Jika anda menggunakan mode matrix, kemungkinan besar wajah akan terlihat sangat gelap.

Inilah saatnya anda menggunakan mode center weighted. Mode ini mengukur refleksi cahaya disekitar titik tengah frame dan mengabaikan daerah disekitar sudut-sudut frame. Dengan begitu kamera hanya akan mengukur nilai eksposur di wajah (titik tengah viewfinder) dan mengabaikan nilai di area lain (sinar matahari yang jauh lebih terang). Dibandingkan dengan mode matrix, mode center weighted tidak melihat dimana kita meletakkan titik fokus, dia hanya melihat area disekitar titik tengah viewfinder.

Spot /Partial Metering

Spot metering hanya akan mengukur cahaya disekitar titik fokus dan mengabaikan cahaya didaerah lainnya, tepatnya hanya sekitar 3% dari keseluruhan obyek foto yang diukur. Sementara partial metering mengukur area yang sedikit lebih besar, sekitar 10% dari keseluruhan foto dan juga mengabaikan area lainnya.Kedua mode ini sama prinsip kerjanya. Mereka mengevaluasi satu zone tunggal dan menghitung eksposur murni berdasarkan hasil evaluasi tadi, sementara zone lainnya sama sekali tidak dihitung.

Contoh penggunaannya adalah saat anda memotret seorang teman yang membelakangi matahari yang bersinar terang, namun teman tersebut hanya merupakan bagian kecil dari keseluruhan foto sementara kita ingin memastikan dia terukur eksposure-nya dengan baik (tidak terlalu gelap dan juga tidak terlalu terang). Jika anda menggunakan matrix atau center weighted metering, kemungkinan besar teman kita hanya akan terlihat sebagai siluet, karena kamera justru mengukur cahaya matahari yang mendominasi foto.
Satu contoh lagi penggunaan spot metering adalah saat kita memotret burung. Karena burung (kecuali anda memotretnya secara close-up), mengisi sebagian kecil frame maka gunakan spot metering untuk memastikan burung sebagai obyek utama tereksposure secara tepat.

Sabtu, 06 April 2013

Semua tentang kamera DSLR...Semua tentang Photography: Pemahaman tentang Mode Auto Fokus pada kamera DSLR...

Semua tentang kamera DSLR...Semua tentang Photography: Pemahaman tentang Mode Auto Fokus pada kamera DSLR...: what's up........ Saat ini hampir semua kamera DSLR dilengkapi dengan beberapa pilihan cara kamera melakukan autofokus (autofocus mo...

Pemahaman tentang Mode Auto Fokus pada kamera DSLR....

what's up........

Saat ini hampir semua kamera DSLR dilengkapi dengan beberapa pilihan cara kamera melakukan autofokus (autofocus mode). Memotret vas bunga yang diam diatas meja tentu membutuhkan cara autofokus yang berbeda dengan memotret anak kecil yang sedang menggiring bola dilapangan. Sengaja pembahasan kali ini mengenai autofokus dan bukan manual fokus supaya tidak terlalu panjang.

Saat memotret benda diam, kita biasanya menggunakan satu titik fokus, mengunci fokus sekali baru memotret. Namun saat memotret benda/orang yang selalu bergerak berpindah posisi, kita butuh kamera yang mampu memindahkan titik fokus secara otomatis mengikuti seubyek tersebut. Berita bagusnya, kamera DSLR dilengkapi dengan fitur tersebut. Mari kita bedah satu persatu:

Mode Autofokus Single Area

Di kamera DSLR Canon dinamai “One Shot AF” sementara di kamera DSLR Nikon dinamai “Single Area AF”. Dari namanya cukup jelas bahwa kita memilih satu titik fokus lalu kamera akan mencari kontras di satu area titik fokus tersebut. Saat kita memencet separuh tombol shutter atau memencet tombol AF-On (jika menggunakan kamera DSLR yang memiliki tombol AF-On terdedikasi), kamera akan mengunci fokus di titik tersebut sekali. Jika subyek berpindah posisi dan meskipun kita tetap pencet separuh tombol shutter, kamera tidak akan memindahkan fokus secara otomatis.
Dalam mode ini, kita tidak akan bisa memencet penuh shutter (mengambil foto) sebelum kamera bisa mengunci titik fokus. Namun ketentuan ini bisa diakali lewat pengaturan di menu autofocus dan mengatur focus priority.


Mode Autofokus Continuous/AI Servo

Mode ini dikamera DSLR Nikon dinamai “Continuous/AF-C” sementara di Canon dinamai “AI Servo”. Mode ini digunakan saat kita harus mengikuti sebuah subyek foto yang terus berpindah posisi, misalnya saat kita memotret sport, binatang atau mobil yang sedang melaju.


Dalam mode ini, kamera akan menganilis pergerakan subyek dan memprediksi kemana arah gerak si subyek dengan menempatkan titik fokus sedikit mendahului keberadaan subyek. Dengan mode Continuous, kita bisa mengikuti pergerakan subyek dan mendapatkan fokus yang tajam. Caranya adalah dengan terus memencet separuh tombol shutter sambil membidik pergerakan subyek atau dengan terus memencet tombol AF-On dengan jempol (jika ada).

Mode Autofokus Hybrid/Campuran Antara Single & Continuous

Di kamera DSLR Canon dinamai “AI Focus” sementara di Nikon dinamai “AF-A”. Merupakan mode fokus campuran antara single dan Continuous dimana kamera akan secara mengganti fokus dari single ke continous atau sebaliknya sesuai kondisi subyek foto. Jika yang difoto diam kamera akan memakai Single sementara saat obyek bergerak kamera akan berganti ke mode Continuous.
Tidak semua jenis kamera DSLR memiliki mode ini. Bagi pemula, pilihan mode ini sebenarnya lumayan membantu karena tidak perlu mengganti-ganti mode fokus.

Mode Autofokus Mana Yang Sebaiknya Anda Pakai?

Kesimpulan yang sebenarnya cukup gampang:
  1. Saat memotret benda diam atau orang yang berpose silahkan gunakan mode Single
  2. Saat memotret benda bergerak secara konstan, gunakan mode Continuous
  3. Untuk keperluan sehari-hari, anda bisa meninggalkan kamera secara default di posisi continous mode atau mode hybrid. Baru saat kamera tidak bisa mengunci fokus di mode Continuous , misal saat memotret di kondisi agak gelap silahkan pindahkan ke mode Single.
  4. Bagi pemula yang tangannya masih belum terlalu lincah mengganti-ganti mode fokus secara cepat, anda bisa menggunakan mode hybrid (jika memang dikamera ada).

Bagaimana Cara Mengganti Mode Fokus?

Cara mengganti mode fokus tidak sama dari satu kamera ke kamera lain. Untuk itu saya sarankan cek di manual masing-masing. Di kamera Nikon D300s/D700, anda bisa menemukan pengait kecil yang ada dibagian depan sebelah kiri mount lensa: AF-S, AF-C dan M (amanual). Sementara di Canon (misal EOS 60D), anda bisa menganti mode fokus dengan memencet tombol AF dibagian atas kamera lalu akan muncul pilihan mode fokus di panel LCD atas.

Jumat, 05 April 2013

Semua tentang kamera DSLR...Semua tentang Photography: Pemahaman tentang Mode Auto dan Scene pada Kamera ...

Semua tentang kamera DSLR...Semua tentang Photography: Pemahaman tentang Mode Auto dan Scene pada Kamera ...: Nyokkkk....kite mulai lagi nihhh...... Artikel ini memberikan gambaran garis besar dan karakteristik mode pengoperasian auto dan scene p...

Pemahaman tentang Mode Auto dan Scene pada Kamera DSLR....

Nyokkkk....kite mulai lagi nihhh......

Artikel ini memberikan gambaran garis besar dan karakteristik mode pengoperasian auto dan scene pada kamera digital anda (rata-rata kamera saku dan SLR pemula selalu menyertakan kedua mode ini). Mode auto saat ini sudah lumayan handal untuk sekedar menghasilkan foto yang benar. Dan mode scene merupakan jalan tengah bagi fotografer yang ingin menambah kreativitas namun malas menggunakan mode manual.
Apakah dengan itu kita tidak perlu memahami mode manual? jawabannya tergantung sejauh mana kepentingan pemotret. Namun yang jelas mode manual menawarkan fleksibiltas dan kreativitas dalam menghadapi situasi apapun dan dalam menghasilkan foto yang benar-benar sesuai dengan kehendak artistik kita. Karena foto yang benar belum tentu foto yang baik.





Biasanya  untuk yang paling banyak digunakan dalam mode auto n mode scene sbb :

  1. Mode Auto (A)Tidak perlu penjelasan apapun, pada intinya kita percayakan pemilihan keseluruhan setting (shutter-aperture-ISO-White Balance & Flash jika ada) pada otak di kamera. Kamera akan berusaha menebak karakteristik seluruh obyek dalam frame serta kondisi cahayanya lalu menentukan semua besaran setting diatas. Mode ini efektif untuk pemula, tetapi hanya menghasilkan foto yang benar namun bukan luar biasa
  2. Mode Portrait (biasa dilambangkan dengan ikon dengan kepala wanita)Kamera akan memilih DOF yang sempit (angka aperture sekecil-kecilnya) sehingga obyek yang di foto akan terisolasi dari background, sehingga ruang fokus hanya akan berada pada subyek saja sementara background terlihat kabur.
  3. Mode Macro (biasa dilambangkan dengan ikon bunga)
    Mode ini diperlukan saat kita ingin mengambil foto benda-benda kecil dari jarak dekat (close-up). Dengan mode ini, kita bisa mendekatkan  ujung lensa sedekat-dekatnya (biasanya antara 2-8 cm dari obyek) sehingga benda sekecil apapun akan terlihat cukup besar dan detail.Dalam jarak sedekat ini, kita harus mengusahakan agar bidang obyek yang difoto sejajar dengan kamera, dan sebisa mungkin menggunakan tripod sehingga hasilnya tajam dan bidang fokusnya cukup.Akan saya pakai saat:

     -    Saya memotret bunga, serangga, kupu-kupu, atau uang koin. Atau,
     -    Saya akan memotret makanan sehingga memenuhi seluruh frame foto saya 

    4. Mode Sport (biasa dilambangkan dengan ikon orang berlari)Mode ini dirancang untuk 
        membekukan gerakan. Di mode ini, kamera akan memperkecil shutter speed sekecil mungkin   
        sehingga ketika membidik subyek bergerak  foto yang dihasilkan akan tetap tajam. Flash akan
        dimatikan dan hanya bekerja saat cahaya cukup. Akan saya gunakan ketika:
      -    Saya memotret  anak saya yang sedang menggiring bola
      -    Saya akan memotret sebuah mobil yang sedang melaju
      
    5. Mode landscape (biasa dilambangkan dengan ikon gunung)Mode ini adalah kebalikan dari mode portrait. Kamera akan menggunakan angka aperture sebesar mungkin, sehingga bidang fokus foto (Depth of Field – DOF) bisa seluas mungkin. Dengan begitu  keseluruhan bagian foto dalam frame akan tajam. Sesuai namanya, mode ini didesain dipakai saat kita memotret pemandangan alam, namun juga bisa digunakan saat memotret orang namun kita ingin background tetap terlihat tajam. Saya gunakan mode landscape saat :
     -    Memotret terasiring yang indah di Bali
     -    Memotret 10 orang yang berpose didepan Candi Borobudur

     6. Mode Night (dilambangkan dengan ikon bintang atau bulan)Mode ini didesain untuk bekerja dalam kondisi cahaya yang minim, baik saat malam maupun kita berada dalam ruangan yang remang.  Kamera akan menaikkan ISO supaya dalam kondisi remang-pun sensor masih mampu menangkap cahaya dengan baik, mode ini juga berusaha membuat shutter speed yang lebih lama sehingga gambar tidak terlalu kabur dan biasanya secara otomotis flash bawaan kamera akan ikut menyala. Saya memakai night mode saat: :-    Mengambil foto dalam sebuah pesta malam-    Memotret jalanan dimalam hari.
      
    7. Mode Beach / Snow Menyeimbangkan eksposur supaya putih-nya salju atau pasir pantai tidak kehilangan detailnya dan juga tidak terlalu pucat dengan menaikkan eksposur. White balance diset di sinar matahari. 

    8. Mode FireworksTanpa flash, shutter speed diset lumayan lama untuk merekam pergerakan percikan kembang api dengan baik. Mode ini sebaiknya diimbangi dengan memakai alat bantu untuk menstabilkan kamera supaya tidak goyang, misal tripod.

    9. Mode Panorama – memotret urutan foto yang nantinya akan digabung sebagai panorama